
Khong Guan
Khong Guan hampir selalu menjadi yang pertama disebut, merek ini identik dengan kaleng merah ikonik yang kerap menghiasi meja ruang tamu, terutama saat perayaan Lebaran. Namun di balik popularitasnya di Indonesia, tak banyak yang tahu bahwa Khong Guan sebenarnya berawal dari Singapura, sebelum akhirnya berkembang pesat di Tanah Air dan menjadi bagian dari kenangan masa kecil jutaan orang.
Artikel ini akan membahas perjalanan panjang merek Khong Guan: dari awal mula pendirian di Singapura, bagaimana ekspansinya ke Indonesia, filosofi desain kemasan yang terkenal, hingga bagaimana merek ini bertahan puluhan tahun dalam industri makanan ringan yang sangat kompetitif.

Sejarah Berdirinya Khong Guan di Singapura
Khong Guan pertama kali didirikan pada tahun 1947 di Howard Road, Singapura oleh dua bersaudara asal Fujian, Tiongkok — Chew Choo Keng dan Chew Choo Han. Sebelum merintis usaha biskuit, mereka sempat merantau ke Asia Tenggara demi menghindari ketegangan politik dan ekonomi di Tiongkok.
Namun begitu perang usai, mereka memutuskan untuk kembali ke Singapura dan memulai kembali dari nol. Di tengah keterbatasan alat dan sumber daya, mereka berhasil memodifikasi mesin bekas menjadi jalur produksi biskuit semi-otomatis dengan menggunakan rantai sepeda sebagai penggerak utama oven. Inovasi ini menjadi awal berdirinya pabrik Khong Guan Biscuit Factory (Singapore) Limited.
Khong Guan : Ekspansi ke Indonesia dan Perkembangannya
Meski awalnya hanya beroperasi di Singapura, Khong Guan dengan cepat melihat potensi besar di pasar Asia Tenggara. Pada tahun 1956, produk-produk Khong Guan mulai masuk ke Indonesia, pada awalnya dalam bentuk impor. Produk ini mendapat sambutan hangat karena rasanya yang khas dan harga yang relatif terjangkau.
Tepatnya, pada tahun 1972, didirikanlah PT Khong Guan Biscuit Factory Indonesia Ltd., yang menjadi tonggak penting perkembangan merek ini di pasar lokal. Dengan berproduksi langsung di Indonesia, brand ini mampu menekan biaya dan menyesuaikan cita rasa dengan selera konsumen Tanah Air.
Khong Guan : Citra dan Filosofi di Balik Kaleng Merah
Salah satu daya tarik terbesar dari brand ini bukan hanya terletak pada rasa biskuitnya, tetapi juga dari kemasan ikonik kaleng merah yang menggambarkan seorang ibu dan dua anak sedang menikmati teh bersama biskuit. Ilustrasi ini telah menjadi simbol khas Lebaran atau momen kebersamaan di rumah-rumah Indonesia.
Sosok ibu rumah tangga memang dianggap sebagai pengambil keputusan belanja utama, dan visual tersebut dibuat untuk menyasar segmen pembeli perempuan. Desain ini akhirnya menjadi sangat melekat di benak masyarakat dan membawa efek nostalgia yang kuat setiap kali kaleng itu muncul.
Inovasi dan Ragam Produk
Beberapa di antaranya meliputi:
- Malkist Abon: biskuit tipis dan gurih dengan topping abon.
- Saltcheese Combo: biskuit asin dengan isian keju krim.
- Cream Cracker dan Marie Biscuits: jenis biskuit klasik dengan tekstur ringan dan tidak terlalu manis.
- Wafer dan Biskuit Krim Rasa Buah: untuk memenuhi selera anak-anak dan remaja.
Produk-produk Khong Guan kini menyasar berbagai kalangan — dari anak-anak hingga orang dewasa — dengan tetap menjaga kualitas dan harga yang bersaing. Hal ini menjadi salah satu kekuatan utama merek yang mampu bertahan selama lebih dari tujuh dekade.
Warisan Budaya dan Ikon Lebaran
Tak bisa dipungkiri, Khong Guan telah menjadi ikon budaya pop Indonesia. Saat bulan Ramadan dan menjelang Idul Fitri, penjualan biskuit kaleng ini meningkat drastis. Dalam banyak rumah, membuka kaleng biskuit ini tak hanya soal menikmati rasa, tapi juga mengenang momen kebersamaan yang hangat dan akrab.
Ketahanan di Tengah Persaingan
Di tengah maraknya merek biskuit baru, termasuk dari luar negeri, biskuit merk ini tetap mampu mempertahankan posisinya. Strategi yang mereka gunakan mencakup:
- Produksi lokal untuk efisiensi biaya.
- Inovasi rasa dan kemasan agar tetap relevan bagi generasi muda.
- Citra nostalgia yang terus diperkuat, terutama melalui momen Lebaran.
Kesimpulan
Perjalanan Khong Guan dari sebuah pabrik kecil di Singapura hingga menjadi merek biskuit paling dikenal di Indonesia adalah kisah inspiratif tentang ketekunan, inovasi, dan pemahaman terhadap budaya pasar. Merek ini berhasil melekat di hati masyarakat Indonesia selama puluhan tahun, bukan hanya karena rasanya yang lezat, tetapi juga karena berhasil membentuk narasi budaya yang erat dengan kehidupan sehari-hari.
Baca Juga : Momogi : Snack Jaman Dulu Berasal Dari Indonesia